Illustration by: factourism.com |
Pada tahun 2015 tercatat bahwa selfie telah merenggut nyawa sebanyak 12 korban jiwa. Sebagai perbandingan, kematian yang disebabkan oleh serangan ikan hiu berjumlah sebanyak 8 korban jiwa di tahun yang sama.
Mungkin ini terdengar seperti lelucon, tapi sebetulnya tidak: kematian merupakan teguran keras bagi para traveller yang lebih mengutamakan layar smartphone daripada kondisi keamanan disekitarnya.
Empat kematian karena selfie yang terjadi pada tahun 2015, seperti pada kasus turis di Taj Mahal ini, yang diidentifikasi sebagai Hideto Ueda, disebabkan oleh jatuh dari ketinggian.
Penyebab kematian selanjutnya yang berawal dari selfie adalah tertabrak oleh kereta api, baik karena orang tersebut mencoba untuk berfoto dengan kereta api maupun foto yang mereka ambil sangat beresiko.
Masih belum jelas apakah jumlah selfie-selfie beresiko tersebut masih meningkat atau tidak, tapi semakin banyak turis yang masuk di pemberitaan utama karena upaya berbahaya mereka demi mendapatkan foto yang memorable. Banyak kebun raya atau taman nasional ditutup karena para pengunjugnya nekat untuk ber-selfie dengan beruang dan banteng - Hal ini sudah dalam tahap yang membahayakan dan harus ada larangan tegas dari pihak berwenang, bahkan atlit Tour de France turut prihatin terhadap bahaya yang ditimbulkan dari selfie.
Entah seberapa jauh orang-orang akan berusaha demi mendapatkan hasil selfie yang luar biasa, sudah banyak landmark yang melarang kegiatan selfie di sekitarnya - atau setidaknya melarang keberadaan tongkat selfie. Seperti yang dikutip dari Conde Nast Traveller dalam artikelnya yang berjudul selfies vs. sharks, pada bulan Juli Menteri Interior Rusia telah mengedarkan brosur yang berisi tentang bahaya selfie yang keren "yang dapat merenggut nyawamu." Pemburu selfie didesak untuk mengambil tindakan pencegahan dari senjata, tepian, binatang buas, kereta api, dan kabel listrik.
"Sebelum melakukan selfie, setiap orang harus menyadari bahwa konsekuensi dari mengejar jumlah 'likes' dapat mengantarkannya menuju malapetaka dan itu bisa menjadi selfie terakhirnya," jelas seorang pembantu menteri Rusia kepada Al Jazeera.
Dikutip dari More people have died from selfies than shark attack this year oleh Cailey Rizzo
Penyebab kematian selanjutnya yang berawal dari selfie adalah tertabrak oleh kereta api, baik karena orang tersebut mencoba untuk berfoto dengan kereta api maupun foto yang mereka ambil sangat beresiko.
Masih belum jelas apakah jumlah selfie-selfie beresiko tersebut masih meningkat atau tidak, tapi semakin banyak turis yang masuk di pemberitaan utama karena upaya berbahaya mereka demi mendapatkan foto yang memorable. Banyak kebun raya atau taman nasional ditutup karena para pengunjugnya nekat untuk ber-selfie dengan beruang dan banteng - Hal ini sudah dalam tahap yang membahayakan dan harus ada larangan tegas dari pihak berwenang, bahkan atlit Tour de France turut prihatin terhadap bahaya yang ditimbulkan dari selfie.
Entah seberapa jauh orang-orang akan berusaha demi mendapatkan hasil selfie yang luar biasa, sudah banyak landmark yang melarang kegiatan selfie di sekitarnya - atau setidaknya melarang keberadaan tongkat selfie. Seperti yang dikutip dari Conde Nast Traveller dalam artikelnya yang berjudul selfies vs. sharks, pada bulan Juli Menteri Interior Rusia telah mengedarkan brosur yang berisi tentang bahaya selfie yang keren "yang dapat merenggut nyawamu." Pemburu selfie didesak untuk mengambil tindakan pencegahan dari senjata, tepian, binatang buas, kereta api, dan kabel listrik.
"Sebelum melakukan selfie, setiap orang harus menyadari bahwa konsekuensi dari mengejar jumlah 'likes' dapat mengantarkannya menuju malapetaka dan itu bisa menjadi selfie terakhirnya," jelas seorang pembantu menteri Rusia kepada Al Jazeera.
Dikutip dari More people have died from selfies than shark attack this year oleh Cailey Rizzo
0 comments