Sumber: Wikipedia |
Pesawat United Airlines Penerbangan 175 menjadi pesawat kedua yang dibajak dan ditabrakkan pada rangakaian serangan ke WTC tanggal 11 September 2001. Dalam penerbangan rutinnya dari Bandara Internasional Logan, Massachusetts, menuju Bandara Internasional Los Angeles, California, pesawat ini dipaksa berbelok ke arah menuju New York.
Keberadaan pesawat Boeing 767-222 ini terekam dengan baik oleh kamera-kamera televisi yang sedang meliput Gedung WTC yang luluh lantak akibat tabrakan pertama 17 menit sebelumnya. Ribuan mata menjadi saksi bagaimana pesawat ini dengan nekat meluncur ke arah Menara Selatan WTC.
United Airlines penerbangan 175 lepas landas dari bandara pada pukul 8.14 dengan pilot Victor Saracini dan first officer Michael Horrocks. Pukul 8. 37 menara control bertanya kepada pilot apakah UA175 melihat pesawat American Airlines Penerbangan 11. Jawaban dari pilot mengiyakan pertanyaan tersebut. Pilot lalu diperintahkan menjaga jarak karena pesawat tersebut diketahui telah dibajak oleh teroris. Kira-kira 7 menit kemudian, UA175 juga mengalami nasib yang sama.
Pukul 8.47, menara kontrol menerima indikasi awal bahwa pesawat telah dibajak. Pukul 8.52 pesawat mengubah arah secara radikal dan tidak merespons panggilan dari pengawas udara.
Pukul 8.58, pesawat menuju New York dan turun dari ketinggian 28.500 kaku di atas New Jersey. Saat itu al-Shehhi, pimpinan pembajak, terus membawa pesawat menghantam Menara Selatan WTC pada pukul 9.03.
Tiga orang penumpang, Pete Hanson, Brian David Sweeney, dan Garnet Bailey menelpon dari United Airlines Penerbangan 175. Awak pesawat Robert Fangman juga termasuk yang menelpon ke darat.
Pukul 8.52, Pete Hanson, menghubungi ayahnya, Lee Hanson di Easton, Connecticut. Ia mengabarkan bahwa pesawat yang ditumpanginya dibajak. Saat itu Pete sedang bepergian Bersama Sue, istrinya dan Christine, anaknya yang baru berusia 2,5 tahun. Pete mengabarkan para pembajak telah menguasai kokpit. Mereka membunuh seorang awak kapal dan seorang lainnya di bagian depan pesawat.
Robert Fangman menghubungi kantor United Airlines di San Francisco. Berbicara dengan Marc Policastro, ia mengabarkan bahwa pesawat sedang dibajak dan kedua pilot telah dibunuh. Seorang awak pesawat juga telah ditikam dan kini pesawat dikendalikan oleh para pembajak.
Pukul 8.58, Brian David Sweeney, mencoba menelpo isterinya, Julie, dan meninggalkan pesan. Ia lalu menelpon orang tuanya pada pukul 9.00. kepada ibunya ia bercerita bahwa pesawat yang ditumpanginya sedang dibajak. Para penupang sedang mempertimbangkan untuk menerobos kokpit dan mengambil-alih pesawat.
Pete Hanson menelpon kedua kalinya pada pukul 9.00 Kepada ayahnya, ia bercerita,
“Segalanya bertambah buruk, Yah. Pramugari telah dibunuh. Mereka membawa pisau. Mereka juga mengaku punya bom. Keadaan bertambah parah di sini. Penumpang lainnya merasa mual. Pesawat bergerak dengan kacau. Aku pikir pilot tidak mengendalikan pesawat ini lagi. Aku rasa kami akan jatuh. Aku rasa mereka menuju Chicago atau tempat lainnya dan menabrak sebuah Gedung. Jangan khawatir , Yah. Jika sesuatu yang buruk akan terjadi, itu akan berlangsung dengan cepat. Oh, Tuhan … Oh, Tuhan.”
Sebelum
sambungan telepon terputus, ayah Pete mendengar teriakan seorang wanita. Ia
lalu menyalakan televisi dan menyaksikan pesawat yang ditumpangi anakknya
menabrak Menara Selatan WTC.
Pukul 9.03, Penerbangan 175 menabrak WTC dengan kecepatan 590 mil/jam. Pesawat itu menghantam Gedung di antara lantai 78 dan 84 dengan 24,000 galon bahan bakar pesawat.
Pesawat mengangkut 56 penumpang (termasuk 5 orang pembajak) dan 9 awak pesawat. Mereka semua terbunuh, Bersama dengan ratusan orang yang berada di gedung WTC.
Berbeda dengan Menara Utara, salah satu tangga di Menara Selatan masih aktif. Tercatat 18 orang selamat setelah melalui tangga itu. Salah satunya, Stanley Praimnath pekerja yang berkantor di lantai 81. Ia menjadi saksi saat pesawat bergerak menuju kantornya. Beberapa orang di lantai atas dikabarkan menyelamatkan diri ke atap gedung dengan harapan memperoleh pertolongan dari helokopter penyelamat. Namun pintu menuju atap terkunci. Mereka pun terjebak di atas. Asap tebal dan panas api juga menghalangi niat helicopter penyelamat mendarat di atap.
Nama para pembajak:
- Marwan al-Shehhi (warga UEA) –
pilot,
- Fayez Banihammad (warga UEA),
- Mohand al-Shehri (warga Arab Saudi),
- Hamza al-Ghamdi (warga Arab Saudi),
- Ahmed al-Ghamdi (warga Arab Saudi).
0 comments